Social Icons

Pages

Tuesday, 23 December 2014

Cerpen : Tangisan Penari Mungil

Cerpen :
TANGISAN PENARI MUNGIL


       (Gerimis dan lagu – lagu mellow adalah pasanagan yang romantis di sore hari seperti ini yang perlahan - lahan mulai membasahi bumi. Sama dengan gerimis di pipi Bella yang perlahan - lahan kian membanjiri suasana di sudut kamar. terdengar suara tetesan airmata yang mengenai sebuah buku album foto yang berada ditangan Bella.

       setiap lembar dari album foto itu membawanya pada setiap masa yang pernah dilaluinya. Bella merindukannya, sangat merindukannya. Suasana hangat yang dulu dia rasakan kini telah jelas terasa. Tiba - tiba terbayang sesosok bayangan, dan bayangan itu adalah dia. Dialah orang yang selalu mengisi hati Bella hingga kini.

       Bayangan itu membawa Bella ke tempat yang tidak asing, disudut kelas yang mengingatkan tentang hari pertama dia masuk SMA. Terlihat ada segerombolan anak tengah bergerombol Bella melihat dirinya ada di gerombolan tersebut dan sedang berbincang dengan teman barunya.) 

“Kira-kira enak nggak ya gurunya?” celetuk satu kawannya.
“Kira-kira aku dapat nemukan cowok yang super ganteng dan terkenal di seantero sekolah nggak ya?”
“Seperti yang di FTV kah?”
“Uh… so sweet.” Yang lain pun menimpali, diikuti celetukan lain.
Sedangkan Bella tertawa-tawa melihat tingkah polah teman-teman barunya. Namun dalam hati, ia pun berharap hal yang sama. Bahkan sebelum berangkat ke sekolah barunya itu, tak terhitung berapa kali Bella bercermin. Memastikan dandanannya rapi sambil berdoa dalam hati. “Semoga SMA menjadi sejarah indah dalam hidupku. Semoga aku menemukan sesosok kekasih yang bisa membuat hariku lebih berwarna.” Tak lupa seuntai kata “Amin” mengekor di belakang harapannya.
       Dan tiba-tiba tatapan mata Bella tertuju pada satu sosok yang memasuki kelasnya. Sesosok laki-laki dengan perawakan tinggi, kulit sawo matang, dan mata yang tajam. Sosok yang misterius dan mampu menyita perhatiannya. Sesosok yang belum pernah ia temui sebelumnya, namun Nessa merasa telah mengenalnya di suatu waktu. Entah itu kapan. Sosok itu lugu, tak hanya lugu namun cenderung culun. Tapi entah kenapa Nessa ingin terus memandang sosok itu. Menikmati sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelum-sebelumnya. Angannya melayang tak tentu arah, sampai-sampai ia lupa tengah diperhatikan teman-temannya.
(Pada lembaran album berikutnya, kembali membawa benak Bella pada bayangan manusia satu itu.)
Tapi apa peduli Bella dengan itu semua? Bella tak mendengarkan apa kata mereka. Yang ia tahu, ia merasa nyaman berada di samping Ahsan. Berada di dekatnya lama-lama adalah hal sangat menyenangkan. Dan Bella bangga memilikinya. Seseorang yang bisa membuatnya tertawa dan mengerti apa yang orang-orang sebut jatuh cinta pada pandangan pertama.



       “Bella...” panggil salahsatu temannya, Bella tergagap mendapati dirinya tengah bengong. Tak disadari pula jika cowok lugu yang dipandanginya tadi kini tengah berada di bangku dekat dengannya. Seketika nyali Bella terasa menciut, hatinya gemetar. “Aku ini kenapa?” Bella berbisik dalam hati. Kebingungan, bahkan getaran itu terus terasa hingga guru memasuki ruang kelas dan suasana yang tadinya riuh rendah kini mendadak sepi.

       Setelah beberapa hari kegiatan belajar mengajar berlangsung, suasana kelas berubah. Dari yang dulunya tak mengenal satu sama lain, kini mereka saling mengenal. Namun tidak dengan Bella dan sesosok misterius itu. Sesosok anak lugu bin culun yang Bella tak pernah kenal. Bukan karena tak berniat untuk berkenalan. Tapi Bella takut untuk melakukannya. Bagaimana mungkin ia yang akan memulai terlebih dahulu? Ah, pada kenyataannya banyak orang melakukannya. Lagipula itu hal biasa dilakukan orang-orang yang baru saja bertemu. Tapi bagaimana dengan Bella? Ia memang baru saja bertemu dengan sosok itu. Tapi tidak dalam hati kecil Bella. Ia tak punya banyak nyali untuk mengulurkan tangan dan mengucapkan namanya sendiri, seperti pada anak laki-laki lain di kelasnya. Karena yang ini spesial.
Seiring waktu Bella tahu nama sosok itu. Di tengah malam sebelum tertidur ia selalu mengejanya pelan, berharap sosok itu bisa dikenalnya dalam mimpi.


       Dan pada akhirnya Bella tak bisa mengelak. Pada satu hari sosok itu berada di kelas. Hanya berdua dengannya. Tak ada orang lain di sana. Mungkin memang masih terlalu pagi, atau memang karena sudah takdir mereka berdua.Tiba-tiba laki-laki itu mengulurkan tangannya. Bella menyambut uluran tangan itu tanpa bisa menatap mata tajamnya. Meskipun mentalnya sebagai penari sudah diasah untuk tampil percaya diri di depan orang banyak, tapi nyalinya ciut juga di depan sosok satu ini. “Ahsan.” Si culun pemilik mata tajam itu menyebutkan namanya. Pelan, namun tegas dan jelas. Bahkan tanpa diucapkanpun Bella telah tahu nama itu. Nama yang seringkali diejanya. “Bella.” Balas Bella tak kalah pelan sambil berharap sosok di depannya tak menyadari bahwa suara itu bergetar.
       Perkenalan singkat itu telah membuat hati Bella luruh. Luruh dan harus mengakui bahwa ia jatuh cinta. Jatuh cinta untuk pertama kalinya pada sesosok lelaki. Kini Bella membuka babak baru di kehidupannya.Ia merasa amat beruntung ternyata sosok itu pun memiliki hati pada Bella. Bahkan di satu hari dengan lugunya Ahsan mengatakan bahwa ia ingin menjadikan Bella kekasihnya. Hari itu gerimis tengah berlangsung. Hawa dingin menyergap dan membuat tubuh siapapun kedinginan, kecuali Bella. Ia justru merasa ada keringat yang membasahi tubuhnya. Seketika suhu badan Bella meningkat. Tangannya bergetar, hatinya tak karuan, dan jiwanya melayang. Seolah tengah berada di antara bunga-bunga yang bermekaran.
       “Bella, maukah kamu jadi pacarku?” Jelas. Sangat jelas kata-kata itu keluar dari bibir Ahsan. Dan Bella kehilangan 1001 rangkain kata-katanya. Ia hanya bisa mengangguk. Bella tengah jatuh cinta untuk pertama kalinya. Tak peduli bagaimana sosok itu. Dan di hari itulah jalinan kasih mereka bermula. Banyak teman Bella yang menyayangkan keputusan itu. Bagaimana tidak? Bella adalah seorang penari yang cantik, dengan tubuh mungil, mata bulat, dan rambut ikal. Tak hanya itu saja. Si  Bella mungil memiliki prestasi gemilang di bidang akademiki sejak TK sampai SMP. Kini belum lama berada di sekolah barunya, ia pun menjadi bintang di antara teman-teman sekelasnya. Bahkan teman seangkatannya di sekolah favorit itu. Bagaimana ia bisa punya pacar Ahsan? Sesosok anak laki-laki yang culun, bahkan tak terkenal sedikitpun di sekolah.

(Di lembar foto berikutnya, Bella kini tak kuasa membendung tangisnya yang pecah. Matanya sembab.) 
       Kesan ceria yang selalu dipamerkannya di depan setiap orang kini lenyap sudah. Matanya bengkak karena menangis dan tubuhnya lemah karena ia kelelahan. Namun ia tak bisa melawan bayangan yang kini muncul di benaknya.
       Pada satu hari masih di musim hujan yang sama. Masih satu musim mereka menjalin kasih. Bella dan Ahsan, keduanya masih polos tengah berjalan-jalan. Tiba-tiba gerimis tiba. Memaksa mereka berteduh di satu emperan toko di pinggir jalan. Yang ada di sana mereka berdua. Hanya mereka tak ada yang lain. Harusnya saat itu Bella merasa kedinginan. Namun kenyataannya tidak. Berada di dekat Ahsan selalu mebuatnya hangat. Terdengar jelas Ahsan mengucapkan sesuatu. “Bella, semoga kita tetap bersama-sama ya, sampai nanti musim hujan tak terhitung berapa jumlahnya yang telah kita lewati.” Bella merasa semakin hangat mendengar kata-kata itu. Ahsan menggenggam tangannya erat. Hati Bella pun menghangat.

(Di lembar foto Terakhir, Bella benar-benar tidak bisa manahan tangisannya.) 

       Saat itu Ketika masuk sekolah, Bella melihat keseluruh ruang kelas mencari Ahsan yang pada saat itu tidak berangkat sekolah. Kemudian 5 menit sebelum bell masuk Bella merasakan Sentuhan Hangat seseorang yang tak asing, tersirat senyuman lugu dan wajah yang tak asing di hadapannya. Dialah Ahsan, orang yang selalu menghiburnya saat dia sedih. Bella terkejut saat hasan memegang tangannya erat lalu berkata “Bella, semoga kita tetap bersama-sama ya, sampai nanti musim hujan tak terhitung berapa jumlahnya yang telah kita lewati.”Bella merasa semakin hangat mendengar kata-kata itu. Ahsan menggenggam tangannya erat. Hati Bella pun menghangat, sama seperti saat Ahsan memegang tangannya saat hujan.

       Tapi kini sosok Bella tengah kedinginan, sendiri di sudut satu kamar. Tangan yang dulu pernah digenggam Ahsan kini membuka-buka lembaran album foto yang tebal, tanpa bisa melawan bayangan yang muncul dari sana. Karena setelah hari itu Ahsan memutuskan untuk pindah sekolah dan meninggalkan Bella bersama kenangan yang telah mereka lalui bersama. 
       Kini si penari mungil itu hanya bisa melihat foto kenangan nya bersama Ahsan, dan hanya bisa membayangkannya.

0 comments:

Post a Comment